“Bunda itu patung apa?”
“Itu patung Pesut Mahakam nak”
“Lucu ya bunda. Nisa mau lihat pesut betulan. Ayo bunda kita lihat pesut. Ayoo…” seru Nisa sembari menarik-narik tangan Bunda.
Bunda tercenung, kemana harus mencarinya? Apakah bunda harus menyatakan pada Nisa bahwa Pesut sudah jarang terlihat nak, ia sudah jauh dari kita. UGH… berapa mirisnya harus melihat tatapan dan raut yang kecewa dari mereka yang hanya bisa melihat menawannya Pesut dari sebuah patung… suatu hari kelak. Semoga itu tak terjadi. Ya… SEMOGA.
Spesies Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) atau lumba-lumba air tawar merupakan jenis satwa perairan yang terancam keberadaannya dimuka bumi ini.
Habitatnya sangat jauh berubah dan terdegradasi oleh kegiatan manusia, yang mengakibatkan penurunan yang sangat dramatis baik terhadap jumlah maupun penyebarannya.
Di dunia, umumnya Pesut dikenal dengan nama Irrawady Dolphin dan jenis ini dapat dijumpai pada daerah pesisir (beperaian dangkal) Indo Pasifik beriklim tropis dan subtropik, dan sungai-sungai besar seperti Sungai Mahakam di Kalimantan Timur Indonesia, Sungai Ayeyarwaddy di Myanmar dan Mekong di Vietnam.
Saat ini populasi Pesut Mahakam tengah menuju arah kritis dan terancam punah. Oleh sebab itu Pesut Mahakam termasuk hewan langka yang dilindungi dari kegiatan pemburuan dan diperdagangkan serta diadopsi sebagai lambang Kalimantan Timur.
Pesut mempunyai kepala berbentuk bulat (seperti umbi) dengan kedua matanya yang kecil (mungkin merupakan adaptasi terhadap air yang berlumpur). Tubuh pesut berwarna abu-abu sampai wulung tua, lebih pucat dibagian bawah – tidak ada pola khas. Sirip punggung kecil dan membundar di belakang pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar; tidak ada paruh. Sirip dada lebar membundar.
Pesut bergerak dalam kawanan kecil. Walaupun pandangannya tidak begitu tajam dan kenyataan bahwa pesut hidup dalam air yang mengandung lumpur, namun pesut merupakan ‘pakar’ dalam mendeteksi dan menghindari rintangan-rintangan. Barangkali mereka menggunakan ultrasonik untuk melakukan lokasi gema seperti yang dilakukan oleh kerabatnya di laut. Populasi hewan ini terus menyusut akibat habitatnya terganggu, terutama makin sibuknya lalu-lintas perairan Sungai Mahakam, serta tingginya tingkat erosi dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan di sekitarnya. Kelestarian Pesut Mahakam juga diperkirakan terancam akibat terbatasnya bahan makanan berupa udang dan ikan, karena harus bersaing dengan para nelayan di sepanjang Sungai Mahakam.
Pesut bernafas dengan mengambil udara di permukaan air. Binatang ini dapat juga menyemburkan air dari mulutnya. Sebagai binatang menyusui yang hidup di air terus menerus, Pesut mempunyai lapisan lemak yang tebal.
Habitat Sedangkan habitatnya, Pesut menghendaki perairan yang dalam dan luas. Binatang menyusui ini dikenal sebagai penghuni Mahakam dan percabangannya.
Pesut di habitat alamnya memakan jenis-jenis ikan dari famili Cyprinidae yang tidak berduri seperti kendia, selap, jelawat dan lempam. Mereka memancarkan air dari lubang hidung untuk menggiring & menangkap ikan tersebut.
Untuk perkembangbiakan, biasanya musim perkawinannya terjadi antara bulan April – Juni pada waktu pasang naik yang cukup tinggi. Diperkirakan pesut melahirkan di perairan yang relatif tenang dan dalam, dengan kedalaman 5 – 6 m.
Airnya relatif jernih dengan pH 6,9, suhu 22 – 29? c, dan kesadahan 1 – 2 ppm. Seekor anak akan dilahirkan sesudah dikandung sembilan bulan oleh induknya.
Pada waktu lahir, bayi pesut akan ke luar dari rahim induknya dengan ekornya lebih dulu. Beberapa saat setelah dilahirkan, bayi pesut akan segera mengambil nafas di permukaan air, kemudian mencari puting susu induknya yang terletak di depan lubang dubur.
Perkembangbiakan/Reproduksi
Ditinjau dari reproduksi/perkembangbiakannya, Pestu memiliki sistem reproduksi yang hampir serupa dengan manusia, yang diantaranya adalah:
- Masa subur Pesut betina ± umur 9 tahun.
- Melalui proses perkawinan.
- Masa hamil antara 12-14 bulan.
- Melahirkan bayi, dengan ukuran panjang antara 0,9 – meter dan berat ± 12 kg.
- Menyusui bayinya selama ± 2 tahun.
Penyebab Berkurangnya Populasi Pesut Mahakam
Penyebab hampir musnahnya Pesut tak lain adalah ulah campur tangan manusia yang tak bertanggung jawab, seperti seenaknya memacu kapal motor di Sungai Mahakam dengan kecepatan tinggi. Hal ini tentu saja membuat pesut mengalami stres dan sulit untuk berkembang biak, kebisingan itu membuat mereka panik dan lari berpencar, sehingga terpisah dari kelompoknya, bahkan dengan laju kapal motor tersebut memungkinkan tertabraknya pesut. Padahal batasan kecepatan maksimum pengendaraan kapal bermotor di sungai Mahakam yang diperbolehkan adalah 15 km/jam.
Penggunaan alat tangkap ikan yang sifatnya merusak lingkungan seperti racun dan setrum, serta waktu yang tepat dalam memasang atau memeriksa rengge.
Perusakan lingkungan perairan sebagai habitat Pesut juga dapat menyebabkan kematian Pesut.
Tragis memang kalau sampai hewan lucu tersebut harus tinggal nama, jangan sampai anak cucu kita kelak hanya melihatnya dari patung-patung yang dibangun megah dengan dana besar di pusat kota. Semoga pembangunan patung Pesut yang konon dijadikan lambang kota, diiringi dengan alokasi dana untuk menjaga populasi mamalia tersebut. (zh, dari berbagai sumber)
Komentar